Tia - ku Sayang, Tia - ku Malang (04 Agustus 1989 - 21 Mei 2009)
Tia, begitulah Agustia
Prawitasari, dara manis bertubuh ramping kelahiran Blitar, 04 Agustus 1989 itu
biasa disapa oleh teman-temannya. Dia adalah gadis yang selalu ceria dan penuh
canda dimata orang-orang yang mengenalnya. Aktif di kegiatan modeling, juga
pernah menjadi anggota Paskibraka di SMA-nya ditunjang dengan postur tubuhnya
yang tinggi. Sungguh gadis yang punya segudang talenta.
“Dia memang selalu ceria, jarang
sekali Dia mengeluh meskipun sedang sakit”, ungkap Widji Astuti, Ibunda Tia.
Itulah sebabnya jarang ada yang tahu apa yang dirasakan oleh Tia. Hingga pada
suatu saat petaka itu berawal. Selasa, 19 Mei 2009 Tia mengalami demam tinggi.
Dan setelah dibawa ke Rumah Sakit terdekat, Tia dinyatakan hanya terkena Demam
Berdarah. Akan tetapi, ternyata setelah dua hari berlalu sakitnya kemudian
menjadi semakin parah. Dokter dari Rumah Sakit tersebut akhirnya hanya bisa
merujuk ke Rumah Sakit yang lebih memadai, yaitu RS Saiful Anwar di Kota
Malang.
Kabar yang sangat mengejutkan
didapat setelah Tia dirawat disana. Dokter menyatakan bahwa Tia telah terkena
Leukimia. Ya, leukemia (kanker pada darah atau sumsum tulang). Salah satu
penyakit mematikan yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal (transformasi maligna) dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang atau jaringan limfoid, yang umumnya terjadi pada
leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan
oleh sel abnormal yang keluar dari
sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah tepi (perifer). Sel leukemia
tersebut dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah normal (hematopoiesis)
dan imunitas tubuh penderita.
Orangtua serta kerabat merasa
kaget tak karuan. Mereka benar-benar tidak menyangka, bagaimana bisa Tia
mengidap penyakit semengerikan ini. Pun tak terkecuali dengan dokter yang
menanganinya. “Saya agak tidak percaya, bagaimana bisa gadis ini bertahan
sampai Dia duduk di bangku kuliah. Padahal, banyak pasien lain dengan vonis penyakit
yang sama tidak bisa berumur panjang”, tutur Sang Dokter. Dan benar adanya, tak
lama kemudian, akhirnya, setelah terbaring lemas, Tia menghembuskan nafas
terakhirnya. Ia sudah tak berdaya lagi melawan penyakit yang menderanya. Pergi
untuk selamanya dengan tenang, meninggalkan keluarga, handai taulan, serta
sahabat-sahabat yang menyayanginya dengan wajah damai berhiaskan senyuman manis
terakhirnya. Layaknya seorang gadis cantik, yang seakan hanya sedang tertidur
dengan lelapnya di peraduan.
Comments
Post a Comment