Move On
Firda Olivia, gadis manis kelahiran kota
Malang Jawa Timur 06 Juni 1990 silam. Firda adalah gadis yang ceria dan suka
bercanda. Ia juga dapat berbaur dengan semua teman-temannya yang cenderung
membentuk kelompok-kelompok tersendiri karena Firda merupakan sosok yang
netral. Kini ia telah menyelesaikan studinya di salah satu Perguruan Tinggi
Negeri ternama Jawa Timur. Dan menjalani hari-harinya sebagai job seeker.
“Firda, kamu kapan mau apply lamaran ke Bank yang Ibu infokan
kemarin?” tanya sang Ibu.
“Iya, Bu. Ini Firda masih mengusahakan
kelengkapan berkas-berkas persyaratannya,” jawab nya.
“Yasudah kalau begitu, jangan lama-lama.
Nanti keburu mepet dateline lho!”
Timpal Ibunya.
Tidak
mudah menjadi kehidupan sebagai seorang Firda. Dulu ia berkeinginan untuk
melanjutkan studinya di Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan mengambil
program studi S1 Psikologi. Namun apa daya, ibunya tak merelakannya pergi terlalu jauh untuk menimba ilmu karena Firda adalah anak gadis satu-satunya.
Sang ibu memintanya untuk melanjutkan kuliah di Kota Malang saja, tetapi Firda
masih tetap tidak dapat menerimanya. Tak kurang akal, dengan sedikit kebohongan
kecil yang meskipun cukup beresiko Firda akhirnya dapat melanjutkan studinya di
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Yah, untung saja Dewi Fortuna sedang
berpihak kepadanya sehingga Ia bisa lolos seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri
dengan jumlah pesaing yang lumayan.
Berawal
dari adanya sedikit keterpaksaan Firda menjalani kuliahnya dengan begitu
santai. Tak banyak usaha yang dilakukannya untuk berperestasi. Alhasil, indeks
prestasi yang dicapainya hanya termasuk rata-rata. Firda juga tak banyak
mengikuti kegiatan-kegiatan ektra yang ada di fakultas atau kampusnya.
Akfitasnya benar-benar begitu datar layaknya mahasiswa kupu-kupu (kuliah
pulang-kuliah pulang).
***
“Ooh… jadi disini kost temanmu?!” pekik
seseorang dari sudut gelap jalan disekitar asrama Firda.
Kontan
Firda kaget tak karuan mendengarnya. Tubuhnya mendadak kaku ketika Ia tahu
siapa gerangan sosok yang telah mengagetkannya dengan teriakan bercampur amarah
itu. Firda tak dapat berkata apa-apa lagi mendapati bahwa dirinya telah
tertangkap basah sedang berbohong.
“Katamu kamu sedang capek dan tak ingin
diganggu. Kamu bilang kamu ada di kost temanmu. Lalu, apa yang sedang aku lihat
sekarang, ha?? Semuanya hanya omong kosong!” Sergah sosok lelaki itu memecah
kesunyian.
Memang,
entah kenapa Firda sedang tak ingin diganggu oleh lelaki yang notabene
berstatus sebagai kekasihnya itu. Ia sedang ingin sendiri untuk sementara
waktu, namun si lelaki seolah tak bisa mengerti perasaannya. Firda pun hanya
bisa diam dan tertunduk menerima semua amarah kekasihnya. Namun, ia tak
menyangka bahwa malam itu juga akan menjadi akhir dari hubungan mereka.
“Oke, kalau kamu masih tidak mau bicara.
Aku kembalikan saja semua pemberianmu,” tandas si lelaki.
Firda
benar-benar kaget dan tak menyangka bahwa lelakinya akan melakukan semua itu.
Bahkan tak terkecuali juga menghapus dan mengembalikan foto-foto dirinya.
Lelaki yang selama ini selalu baik dan sering membantunya di kota perantauan.
Ia hanya bisa menahan tangisnya hingga akhirnya kata-kata paling menyakitkan
itu terdengar.
“Kalau begitu, sampai disini saja
hubungan kita. Mulai malam ini, kita PUTUS!!!” kata si lelaki.
Airmata
Firda mendadak mengalir tak karuan. Ia sudah tak dapat membendungnya lagi.
“Tolong.., apakah Kamu tidak bisa
mempertimbangkannya lagi? Jangan lakukan ini padaku. Aku tak melakukan
kesalahan yang fatal. Aku hanya sedikit berbohong padamu,” rajuk Firda sambil
terisak.
Namun,
kata-katanya seakan tak didengar. Sang lelaki pergi meninggalkannya dengan
segenap perih yang kini ia rasakan. Menyisakan berjuta tekanan batin tiap kali ia teringat, melihat, atau bertemu kembali dengan lelaki itu. Dingin, seperti
orang yang tak saling mengenal. Setelah merana sepersekian lamanya, akhirnya
ada sosok lain yang muncul menghiasi harinya. Yah, sosok yang bisa dibilang
sangat Firda banget secara kasat mata. Ia pun juga tak menyangka akan
mendapatkan sosok seperti itu, layaknya mimpi. Meskipun ia tidak mengharapkan
kehadirannya. Namun, sosok itu dapat membuatnya lupa dengan pilu yang selama
ini ia rasa.
Kesempurnaan
itu pun membuatnya melayang, tak sadar dengan efek samping yang ia dapatkan.
Keindahan yang tampak oleh mata itu telah membuatnya silau. Ternyata, sosok
baru itu tak lebih baik dari kekasihnya yang dulu. Namun, Firda telah buta oleh
kesempurnaan yang didambakannya hingga melupakan hal yang paling penting. Yaitu
hati, dan inner beauty. Hubungan
mereka pun tak berjalan dengan baik. Jarak yang memisahkan mereka menjadi
penghalang tersendiri. Dan anehnya pula, entah kenapa ketika ada kesempatan
untuk bertemu seolah ada saja yang membuatnya tak tercapai. Ketika berhasil
bersua pun, tak ada yang namanya quality
time berdua. Sering terjadi perdebatan tak penting serta tak masuk akal
yang berujung pada situasi layaknya sedang bermain layang-layang. Putus sambung
tak jelas rimbanya.
Comments
Post a Comment