Another Love Story (Draft 1)


Ayu, Ayu Saraswati namanya. Gadis kelahiran Kota Bandung yang kini telah genap berusia 20 tahun. Ia memilih Kota Yogyakarta sebagai destinasi belajarnya. Kota pelajar yang kaya akan budaya serta keindahan dan keanekaragaman obyek wisatanya sebagai daya tarik tersendiri. Sebagai mojang Bandung tak heran kalau Ayu memiliki paras yang cantik, sesuai dengan namanya. Namun paras cantik tak selalu menjadi jaminan bahwa urusan percintaannya juga akan berjalan secantik parasnya. Ia pernah mengalami beberapa kali sakit hati karena lelaki. Pengalamannya ini membuatnya sedikit ragu untuk kembali menjalin kasih dengan pria. Hal ini pulalah yang membuatnya ingin merasakan suasana baru dengan meninggalkan sejenak kota kelahirannya sekaligus melanjutkan pendidikannya.
Ayu kini tengah menjalani semester ketiganya di Fakultas Psikologi Universitas Gajahmada. Ia bukanlah tipe yang suka berorganisasi, tapi ia juga tidak terlalu menutup diri dengan kegiatan non akademik di kampusnya. Beberapa kali ia berpartisipasi menjadi panitia dalam kegiatan kampus dan juga aktif dalam sebuah komunitas islami di fakultasnya.
“Ayu… Ayu… hey kamu lagi mikirin apa sih sebenernya? Daritadi aku panggil sampai gak respon gitu, hemph,” gerutu Tia.
“Aaa… emm.. gak papa kok, gak ada apa-apa. Beneran deh aku gak kenapa-kenapa. Aku baik-baik aja, hehe…” jawab Ayu sambil meringis.
“Ah yang bener nih? Yaudah deh kalo kamu masih belum mau cerita sama aku sekarang. Aku gamau maksa. Tapi inget ya, aku selalu ada kok kalo kamu butuh temen curhat. Just call me anytime you need me, hehe.” tukas Tia dengan senyum menghiburnya yang mengembang.
“Oke.. I’ll call you later dear. Thanks a lot ,” sahut Ayu sambil tersenyum.
            Yah.. memang sebenarnya Ayu sedang mengalami beberapa masalah. Namun ia masih belum ingin untuk berbagi cerita dengan sahabatnya. Meskipun masalah ini cukup menguras pikirannya hingga mengalami sakit kepala berat akibat stres yang dirasakannya.
###
“Oh… Damn.. my head feels like a volcano one. Seems like it gonna be explode soon or later. I can take it anymore,” Ayu berteriak dalam hatinya.
Short text message:
Ayu wrote, “Tia, kamu ada waktu ndak wiken ini? I need you..”.
Tia reply, “Yes dear, sure I come. Ketemu ditempat biasa aja ya hari Minggu sore sekalian kita buber, how?”
Ayu reply, “Oke deh, siap laksanakan. Sampai ketemu ya..”
Senyum kecil terkembang di wajah Ayu. Ada sedikit kelegaan di hatinya. Beruntung ia masih memiliki teman yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Hari Minggu mereka bertemu di sebuah kafe yang lumayan cozy di area UGM. Singkat cerita Ayu akhirnya menceritakan permasalahan yang sedang dialaminya. Dan tanpa diasadari ada sepasang mata yang tertuju pada mereka. Diam-diam sosok ini mengamati lekat-lekat semua tingkah polah yang dilakukan oleh Ayu. Ya, sepertinya orang ini memiliki ketertarikan yang lebih terhadap Ayu. Ia melihat ada raut kesedihan dan kecemasan di wajah cantik itu. Hal ini membuatnya merasa tidak nyaman dan semakin penasaran dengan sosok gadis yang baru dilihatnya itu.
“Ayu, kamu liat gak cowok yang diseberang itu? Kayaknya daritadi kok ngeliatin kearah sini terus ya,” celetuk Tia tiba-tiba disela obrolan mereka.
“Hem.. yang mana sih? Aku gak gitu merhatiin sekitar kita soalnya,” jawab Ayu ringan.
“Itu tuh.. yang pake t-shirt item. Yang lagi duduk sendirian. Masak kamu gak liat sih,” sambung Tia.
“Oh.. yang lagi ngobrol sama waitress itu ya?” timpal Ayu.
“He’em, iya. Bener. Cowok yang lagi ngobrol sama mbak-nya itu lho. Ganteng sih, manis… tapi.. aneh aja.”
“Yaudah, biarin aja lah. Toh kita juga gak kenal ini sama dia. Mungkin aja dia lagi nunggu temennya. Kan kebetulan tempat duduk kita emang deketan sama pintu masuk kafe. Take it easy aja, oke? Positif thinking napa Non, hahaha..” jawab Ayu enteng. Ia memang sedang tak ingin menambah beban pikirannya dengan memikirkan cowok misterius yang tak dikenalnya itu.
“Yaudah deh kalo kamu gitu. Kita lanjut makan aja gimana? Hahaha…”
“Ah.. dasar kamu ini emang tukang makan. Ayuk lah kalo gitu, mari kita serbu. Keburu deket waktu tarawih juga nih kita.”
“Hahahaha…” tawa mereka terkekeh bersamaan.
            Dengan begini, sejenak pikiran Ayu kembali menjadi sedikit lebih tenang berkat Tia, sahabatnya. Tapi, tidak begitu dengan lelaki misterius itu. Ia masih penasaran dengan sosok gadis yang mencuri perhatiannya di kafe itu.
###
            Andai semua bisa berjalan seperti apa yang kita inginkan, apa yang kita mau. Pasti tidak akan ada masalah yang berarti dalam hidup. Tapi itu juga berarti bahwa kehidupan bisa menjadi sangat datar dan membosankan. Tidak ada tantangan yang membuat kita mau dan ingin berusaha untuk memperbaiki hidup, menjalani kehidupan yang lebih baik. Hal ini pula yang dipirkan oleh Ayu dalam renungannya. Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan yang ia miliki.
            Dalam diam, Ayu mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia kuat dan sanggup untuk melalui semua masalah yang dihadapinya. Setelah sesi curhat dengan Tia, semalaman Ayu merenung dan berpikir seorang diri sampai tertidur pulas hingga pagi menjelang. Hari-hari pun mulai berjalan kembali seperti dulu. Ayu yang ceria kini perlahan telah kembali. Keceriaannya ini semakin menambah daya tarik dalam paras cantiknya yang manis. Tak heran kalau banyak pria yang diam-diam menaruh hati pada mojang Bandung ini.
“Ayu, kamu sibuk gak habis kuliah ntar?” tanya Wati tiba-tiba, salah satu seniornya di kampus.
“Emm… kayaknya sih enggak deh Kak. Ada apa ya ngomong-ngomong?” sahut Ayu sambil menaikkan sebelah alisnya tanda penasaran.
“Enggak, jadi gini lho ceritanya. Kebetulan angkatan 2010 mau ngadain acara. Nah, kita-kita ini lagi butuh volunteer buat bantu-bantu gitu. Kira-kira kamu minat gak buat ikutan?” jelas Wati.
“Oh…gitu ya Kak. Acara apa ya kalo boleh tau?” tanya Ayu.
“Kebetulan kan ini lagi bulan Ramadhan. Jadi mau ngadain acara buber bareng anak-anak panti gitu, gimana? Minat? Kalo iya ntar sore langsung datang aja ya ke Kafe Brownies deket kampus kita situ. Tau tempatnya kan?” lanjut Wati.
“Iya Kak, tau kok. Kebetulan aku juga sering maen kesitu bareng temen, hehe..”
“Oke deh kalo gitu, sip.. Tapi btw temen apa temen tuh Dik? Hahaha…” canda Wati.
“Oalah… beneran temen kok Kak, hahaha… boleh kan kalo dia aku ajak sekalian aja ntar?” tanya Ayu kembali memastikan.
“Wah.. malah bagus itu, makin banyak yang ikutan makin mantab, hehe… kalo gitu sampai ketemu ntar sore ya Dik.”
“Oke Kak Wati, insyaAllah aku datang bareng sama temenku juga,” jawab Ayu.
“Sip… lah kalo gitu. Makasih banyak ya,” lanjut Wati sambil berlalu meninggalkan Ayu di koridor kampus.
            Ayu segera menghampiri Tia, sahabatnya untuk menyampaikan pesan dari senior sekaligus memintanya untuk ikut serta menemaninya.
“Tia, kamu ada acara ndak sore ini? Mau buber sama gebetanmu gitu mungkin, hahaha… secara kita kan sama-sama lagi jomblo,” canda Ayu.
“Hemm.. kamu ini ya. Gebetan yang mana lagi sih? Mentang-mentang aku jomblo terus dibilang punya banyak gebetan gitu. Yang ada kamu nih yang punya banyak secret admirer, hahaha…” timpal Tia.
“Ahahaha… yaudah deh, sesama jomblo gak perlu saling ngatain jomblo. Kita kan best friend. Jadi, gimana nih, kamu free ndak ntar sore?” kata Ayu.
“Tergantung, buat apa dulu. Kalo buat kamu sih aku selalu free, hahaha…” canda Tia.
“Ah.. kamu nih, bercanda mulu daritadi. Aku serius nih Ti. Tadi ada senior yang nawarin ke aku buat ikutan jadi volunteer  di acaranya anak-anak 2010. Mau ngadain buber sama anak yatim gitu deh katanya. Gimana?” jelas Ayu.
 “Wah.. laku bener ya kamu. Jangan-jangan cowok yang tadi nawarin ke kamu, hehe… tapi, serius nih acaranya senior 2010? Cowok-cowoknya kan lumayan pada gud luking gitu ya, hahaha…”
“Dasar kamu ini. Kalo sama cowok ganteng aja langsung ijo bin semangat gitu. Beneran, tadi Kak Wati yang nawarin ke aku. Kamu tau Kak Wati kan?” jawab Ayu.
“Yah.. kamu.. namanya juga lagi jomblo. Wajar kan kalo suka liat yang bening-bening gitu, hehehe… Iya, aku tau kok. Kak Wati BEM itu kan. Oke deh, aku pasti ikut ntar. Apa sih yang enggak buat kamu, haha..” kekeh Tia.
“Yee… modus tuh padahal. Pengen ketemu cowok-cowok ganteng bin manis kan sebenernya. Inget Neng, istighfar. Lagi puasa ini masian.hem..” timpal Ayu.
“Hahahaha…” sekali lagi mereka terkekeh bersama.
###
Sore itu mereka berangkat bersama menuju tempat yang telah ditentukan. Kebetulan selain satu angkatan dan satu jurusan mereka juga tinggal di tempat kos yang sama. Meskipun Tia berasal dari Malang, tapi mereka berdua sudah sangat akrab layaknya teman satu daerah. Tak ayal kalau banyak yang melabel mereka dengan cewek kembar. Maklum, mojang Bandung dan cewek Malang memang rata-rata memiliki paras yang Ayu sehingga mereka juga punya banyak fans. Namun, meskipun sama-sama memiliki wajah cantik. Mereka punya kepribadian yang berbeda. Ayu yang kalem dan cenderung pendiam, sedangkan Tia memiliki kepribadian yang rame dan lebih blak-blakan.
“Mana nih senior-seniornya. Padahal ini udah jam empat. Katanya mau bahas masalah acara buber sama anak yatim, hemph…” gerutu Tia.
“Aduh.. sabar dikit napa Neng. Baru juga jam empat, maghrib juga masih lama. Mungkin sebentar lagi juga pada dateng. Kamunya juga sih terlalu semangat ngajakin buru-buru berangkat tadi,” sahut Ayu.
“Hehehe… iya deh iya. Habisnya udah gak sabar mau ketemu abang-abang ganteng sih,” tukas Tia.
“Tuh kan, kambuh lagi penyakitnya. Hemph…” balas Ayu.
            Tak lama berselang ada suara yang memanggil Ayu dari arah pintu masuk kafe.
“Ayu… kamu bener Ayu kan anak 2012?” tanya sosok itu.
“Ehm.. iya. Saya Ayu Saraswati angkatan 2012. Maaf, Mas ini siapa ya?”
“Oh.. maaf. Sampai lupa belum kenalan. Aku Bagas ketua panitia acara buber 2010 bareng anak panti. Kamu udah dapet infonya dari Wati kan?. Kebetulan Dia sie humas nya. Bentar lagi juga dateng kok,” jelas Bagas sambil menjabat erat tangan Ayu.
“Ooo… gitu ya Kak. Oh ya, kenalin. Ini Tia temen satu angkatan aku. Kata Kak Wati kalo makin banyak yang ikut makin bagus jadi aku ajak dia sekalian. Gapapa kan ya?” jawab Ayu sambil mencoba mengalihkan perhatian Bagas agar segera melepas jabatan tangannya.
Bagas dan Tia pun bersalaman saling memperkenalkan diri. Usaha Ayu berhasil, ia tersenyum kecil tanda puas.
“Oh ya, ini kenalin. Andi, wakil ku,” lanjut Bagas.
            Sontak Ayu dan Tia terdiam sejenak. Mereka merasa tidak asing dengan sosok yang sedang ada dihadapannya sekarang. Keduanya saling berpandangan sesaat satu sama lain penuh tanda tanya mengabaikan Andi yang sudah menyodorkan tangan untuk berkenalan. Sejurus kemudian dengan sigap Tia memecah keheningan dan langsung meraih tangan lelaki itu.
“Tia,sapa Tia ramah.
“Andi,” sambung Andi sambil berjabat tangan dengan Tia.
            Mereka saling berkenalan satu sama lain meskipun tatapan Andi tak berpaling dari Ayu dan agak terkejut dengan tindakan spontan Tia yang langsung meraih tangannya. Yah..meskipun keduanya memang ama-sama cantik. Tapi sejak awal Andi memang sudah menaruh perhatian lebih kepada Ayu. Sejak pandangan pertama di kafe yang sama.
“Emm.. anu.. maaf Kak Andi, kok kayaknya aku pernah liat sebelumnya. Kaya gak asing gitu. Tapi dimana ya?” celetuk Tia.
“Oh… iya. Di kafe ini juga. Beberapa waktu yang lalu. Aku liat kalian lagi berdua juga. Tapi kayaknya temen mu ini, siapa namanya? Keliatan lagi sedih. Kayak lagi ada masalah gitu,” jelas Andi.
“Aku Ayu Mas,” jawab Ayu sambil mengulurkan tangannya.
“Oh.. namanya cantik. Sama kayak orangnya. Kamu keliatan lebih manis kalo lagi ceria gini. Beda sama yang kemarin,” sambung Andi sambil tersenyum cerah dan menyambut uluran tangan Ayu.
“Wah.. ternyata kalian udah pernah ketemu to sebelumnya. Bagus donk, jadi lebih gampang lagi nanti diskusinya. Sebentar lagi Wati dan yang lain juga pada datang kok. Nah… itu mereka datang,” kata Bagas.
“Hai… sudah lama ya nunggunya? Udah pada kumpul semua kan. Yuk, segera kita mulai aja diskusinya biar cukup waktunya sambil nunggu waktu buka puasa,” sambung Wati.
###
            Hari H acara buka bersama anak-anak panti asuhan itu berlangsung lancar. Ayu bertindak sebagai sie dokumentasi acara karena kebetulan Ayu memang memiliki bakat dan ketertarikan di bidang fotografi. Sedangkan Tia sebagai staf sie konsumsi sesuai dengan hobinya yang doyan makan.
“Yu, fotoin aku sini donk. Pelit amat sama temen sendiri. Aku kan juga pengen nampang sekali-kali, hehe..”seru Tia.
“Yee… kalo kamu mah bukan sekali-kali lagi Ti. Tapi emang dasarnya udah narsis, hahaha. Yaudah, buruan pose gih, aku fotoin. Gak enak kalo keburu diliat panitia yang lain. Dikira kita gak niat bantuin ntar malahan kalo asik sendiri begini,” gerutu Ayu.
“Oke deh Madam, sip lah pokoknya,” jawab Tia.
            Tak lama berselang adzan pun berkumandang pertanda bahwa waktu berbuka telah tiba. Tia segera bergegas membantu sie konsumsi untuk membagi-bagikan ta’jil setelah selesai dengan sesi narsisnya.
“Ayu, kamu belum dapet minumnya. Nih buat kamu dulu aja kalo gitu,” tawar Andi.
“Oh, iya Kak. Makasih banyak. Mas duluan aja gakpapa kok. Beneran deh,” jawab Ayu.
“Ah ya gak bisa gitu donk. Ladies first,“ sahut Andi sembari melempar senyum ramahnya pada Ayu.
            Tak kuasa lagi untuk mengelak akhirnya Ayu menerima minuman dari seniornya itu.
“Kamu ikut bantu sie dokumentasi ya? Boleh pinjem kameranya sebentar aja gak? Aku pengen liat-liat hasil jepretan kamu,” tanya Andi.
“Em.. iya Kak, silahkan. Ini kameranya. Tapi jangan diketawain ya kalo jelek hasil jepretan Ayu,” jawab Ayu.
“Tenang aja kalo masalah itu. Gak bakalan aku ketawain kok,” jawab Andi sambil meraih kamera yang disodorkan oleh Ayu.
“By the way, ini kok banyak foto temen kamu itu ya, sapa namanya itu?” lanjut Andi sambil melihat-lihat hasil jepretan Ayu.
“Em.. itu, anu.. eh, iya Mas, si Tia emang rada narsis gitu orangnya, hehe,” jawab ayu terbata berusaha menahan malu.
“Lhoh, iya. Gak papa kok. Jangan-jangan kamu salah paham ya? Maksud ku, kenapa gak ada foto kamu juga disini?” jelas Andi.
“Oh, kalo yang itu kan wajar Mas. Yang pegang kameranya kan aku,” jelas Ayu.
“Hem.. jadi begitu ya. Kalo memang itu yang jadi alasan utamanya. Sini, aku aja yang fotoin kamu. 1.. 2.. 3.. Cheers…” balas Andi.
Hari pun semakin larut acara berlanjut dengan shalat maghrib berjama’ah yang diteruskan dengan sesi interaksi ice breaking dengan anak-anak panti. Dan ditutup dengan shalat isya’ dan tarawih berjama’ah. Selesai acara, seperti biasa. Panitia sibuk membereskan segala perlengkapan dan tak lupa diakhiri dengan sesi foto-foto segenap panitia. Namun, ada yang berbeda. Kali ini Ayu tak menduga kalo dirinya akan bersanding dengan seorang pria dalam photo session ini. Yah, Andi. Lagi-lagi pria itu. Meskipun memang semua panitia juga ikut berfoto bersama.
###



Comments

  1. hai :)
    aku nungguin lanjutan semuanya loh.
    sdkt masukan:
    1. eyd masih "berserakan" di mana2: awalan sama kata depan masih byk yg keliru, misal ditempat, harusnya di tempat.
    2. bahasa gaul is okay tp kalau bisa (ditekankan) ditulis sesuai tulisannya. you ya you aja, ga pake u
    3. ada pemborosan kata --> pusing, sakit kepala berat akibat stres yang dirasakannya.
    bisa dong, "sakit kepala berat" dipotong atau pilh salah satu aja.
    fiksi itu ga harus runut tapi harus logis ceritanya. kalimat jg nggak melulu SPOK, permainan kata aja :) #inikatapihakdivapress
    terus kalau bisa dr sekarang mulai latihan ngenal EYD, fim. soalnya kita kan pengin jd penulis beneran. jadi, dirapikan mulai sekarang. kita jg udah kenal lebih banyak penulis, ikutin banyak penerbit di twitter, semoga jadi bahan pembelajaran bersama :)
    nggak ada yg slaah dr nulis "ala kadarnya" di blog tapi berhubung aku, kamu, pengin menekuni dunia tulis-menulis, kita bisa belajar lbh baik lagi. semangat ^^9


    ReplyDelete
  2. maksih byk Tin buat komen nya.
    maaf jg br bs bls komen skg, hehe.
    bbrpa mggu ne waktu ludes buat babysit soale.

    ReplyDelete

Post a Comment