Another Love Story (Draft 2)
Sudah lama
sejak terakhir ia merasakan cinta dalam hatinya. Yah, cinta memang telah lama
berlalu bagi gadis belia yg baru beranjak dewasa ini. Ayu, Ayu Saraswati
namanya. Gadis kelahiran Bandung yang kini telah genap berusia 20 tahun. Ia
menempuh bangku kuliah jauh dari kota kelahirannya dan memilih Yogyakarta
sebagai destinasi belajarnya. Kota
pelajar yang kaya akan budaya serta keindahan dan keanekaragaman obyek
wisatanya.
Sebagai mojang Bandung tak heran kalau Ayu
memiliki paras yang cantik, sesuai dengan namanya. Namun paras cantik tak
selalu menjadi jaminan bahwa urusan percintaannya juga akan berjalan secantik
parasnya. Ia pernah mengalami beberapa kali sakit hati karena lelaki.
Pengalamannya ini membuatnya sedikit ragu untuk kembali menjalin kasih dengan
pria. Hal ini pulalah yang membuatnya ingin merasakan suasana baru dengan
meninggalkan sejenak kota kelahirannya sekaligus melanjutkan pendidikannya.
Ayu kini tengah menjalani semester ketiganya
di Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Ia bukanlah tipe yang suka
berorganisasi, tapi ia juga tidak terlalu menutup diri dengan kegiatan non
akademik di kampusnya. Beberapa kali ia berpartisipasi menjadi panitia dalam
kegiatan kampus dan juga aktif dalam sebuah komunitas islami di fakultasnya.
“Ayu… Ayu… Hey, kamu lagi mikirin apa sih sebenernya? Daritadi aku panggil-panggil sampai gak respon gitu, hemph,” gerutu Tia.“Aaa… emm.. gak papa kok, gak ada apa-apa. Beneran deh, aku gak kenapa-kenapa. Aku baik-baik aja, hehe…” jawab Ayu sambil meringis.“Ah yang bener nih? Yaudah deh kalo kamu masih belum mau cerita sama aku sekarang. Aku gamau maksa. Tapi inget ya, aku selalu ada kok kalo kamu butuh temen curhat. Just call me anytime u need me, hehe,” tukas Tia dengan senyum menghiburnya yang mengembang.“Oke.. I’ll call u later dear. Thanks a lot,” sahut Ayu sambil tersenyum.
Yah.. memang sebenarnya Ayu sedang mengalami
beberapa masalah. Namun ia masih belum ingin untuk berbagi cerita dengan
sahabatnya. Meskipun masalah ini cukup menguras pikirannya hingga mengalami
pusing, sakit kepala berat akibat stress yang dirasakannya.
“Oh… Damn.. my head feels like a volcano one. Seems like it gonna be explode soon or later. I can take it anymore”. Ayu berteriak dalam hatinya.
###
Di hari Minggu pagi, kedua sahabat ini bertemu
di area UGM. Yah, itulah salah satu rutinitas mereka setiap akhir pekan. Mereka
menjalankan usaha kecil-kecilan untuk menambah uang saku. Pagi itu, seperti
biasa, mereka datang pagi-pagi sekali sebelum orang ramai berdatangan. Entah
hanya untuk sekedar berolahraga atau jalan-jalan saja. Tanpa berlama-lama lagi,
mereka mulai menata lapak dan barang dagangannya dengan rapi dan semenarik
mungkin untuk mencuri perhatian calon pembeli. Memang, tak banyak yang mereka
jajakan disana. Hanya sederet jilbab dengan macam-macam model dan warna juga
lengkap dengan berbagai aksesorisnya.
Tak lama berselang, kawasan itupun sudah
mulai ramai dan penuh sesak dengan orang. Yah, itulah Sunday Morning atau lebih dikenal dengan sebutan SunMor. Dalam
sekejap mata, untuk setengah hari kawasan di sekitar UGM berubah menjadi pasar
dadakan yang ramai pengunjung. Hampir segala macam barang dijajakan, mulai dari
makanan, minuman, pakaian, aneka aksesoris, sampai hewan pun juga ada. Layaknya
para pedagang lain, Ayu dan Tia pun juga ikut berlomba untuk dapat menjual
barang dagangannya sebanyak mungkin.
Hasil penjualan hari itu cukup lumayan.
Mereka berhasil mengantongi uang beberapa ratus ribu yang kemudian dibagi
berdua. Rasa lelah mereka pun terbayar. Kedua gadis belia yang punya semangat
wirausaha ini pulang dengan senyum terkembang. Mereka pulang menuju rumah kost
masing-masing yang kebetulan memang jaraknya tak begitu berjauhan satu sama
lain. Namun, ketika Ayu kembali terdiam, lepas dari segala aktifitasnya, rasa
itu kembali terasa. Penat itu menjadi semakin nyata.
Andai semua
bisa berjalan seperti apa yang kita inginkan, apa yang kita mau. Pasti tidak
akan ada masalah yang berarti dalam hidup. Tapi itu juga berarti bahwa
kehidupan bisa menjadi sangat datar dan membosankan. Tidak ada tantangan yang
membuat kita mau dan ingin berusaha untuk memperbaiki hidup, menjalani
kehidupan yang lebih baik. Hal ini pula yang dipirkan oleh Ayu dalam
renungannya. Allah tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan yang ia
miliki. Dalam diam, Ayu mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia kuat dan sanggup
untuk melalui semua masalah yang dihadapinya.
###
Mungkin bagi
sebagian orang, sangat mudah untuk bisa memaafkan kesalahan orang lain
sekaligus move on dari perasaan lama.
Tapi tidak bagi Ayu. Butuh waktu yang cukup lama hingga dua semester
berturut-turut indeks prestasinya terbilang kurang memuaskan. Beban ini terlalu
berat untuknya. Apalagi ia termasuk tipe orang yang menjadi susah fokus dan
berkonsentrasi jika sedang dilanda stres. Meskipun ia mengambil jurusan
psikologi, bukan berarti lantas ia terjamin bebas dari permasalahan. Justru,
sama seperti manusia lain, ia sangat butuh bantuan. Layaknya seorang dokter
yang tak bisa mengobati dirinya sendiri ketika sakit, melainkan harus meminta
bantuan kepada dokter yang lain.
Tapi,
untunglah semua badai itu kini telah berlalu. Pelangi yang indah telah muncul
mewarnai hari-hari Ayu yang kelam suram muram kelabu. Bahagia selalu
menyertainya, besama dengan suaminya tercinta. Yah, semua memang akan indah pada
waktunya. Airmata yang dulu telah habis tercurah, sekarang berganti dengan
senyum dan tawa tak terbendung. Menikah, memang sebagian dari jalan untuk
membuka pintu rejeki. Dan Ayu, beruntung telah bertemu dengan sosok pria yang
tepat. Seseorang yang dapat menjungkirbalikkan dunianya. Meskipun untuk menuju
kesana, Ia harus melewati banyak aral yang terjal melintang menghadang setiap
langkahnya. Namun, itu semua dapat Ia lewati dengan usaha, kerja keras, dan
kegigihannya yang pantang menyerah. Karna Ayu tau, sesuatu yang berharga itu
memang layak untuk diperjuangkan. Sesuai dengan keyakinannya, bahwa Allah tidak
akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka juga berusaha untuk mengubahnya.
Karena sesungguhnya, semua usaha itu haruslah juga disertai dengan doa.
Jalan
kebahagiaan itu datang dan berawal ketika Ayu mengenal sosok yang dapat
meyakinkan hatinya. Yakin, bahwa sosok itulah yang Ia cari selama ini. Meskipun
secara tak sengaja mereka berkenalan, tapi ternyata takdir memang berkata lain.
Awalnya, Ayu membenci pria itu karena suatu hal. Namun, tanpa diduga hubungan
mereka menjadi semakin dekat karena sering bertukar cerita. Tanpa disadari,
rasa itu mulai muncul dan tumbuh diantara mereka. Hingga akhirnya mereka
memutuskan bersama untuk menjalin hubungan untuk lebih mengenal secara dekat.
Ayu masih ingat saat-saat dimana Ia akan dipinang oleh pujaan hatinya itu. Ayu
ingat, Sang Pria berkata, “Kenapa kamu harus merasa takut, Sayang? Aku akan datang
dengan niat baik untuk melamarmu.”
apakah nama dan tempat kejadian disamarkan?
ReplyDeletemaybe....
Deletemaybe yes, maybe no...
hahaha...