EATING DISORDER (ANOREXIA NERVOSA - BULIMIA NERVOSA)
Banyak budaya yang disibukkan dengan urusan makan. Dewasa ini,
restoran dengan berbagai menu makanan menjamur. Demikian juga dengan tempat-tempat
makan cepat saji, dan banyak majalah serta program televisi khusus tentang
masak-memasak. Pada saat yang sama, banyak orang yang mengalami kelebihan berat
badan. Pengaturan pola makan untuk menurunkan berat badan merupakan hal umum, dan
menjadi keinginan banyak orang terutama perempuan. Untuk bertubuh langsing
telah menciptakan bisnis bernilai jutaan dolar setahun. Melihat minat yang
sangat besar terhadap makanan dan makan itu sendiri, tidak mengherankan bahwa
aspek perilaku manusia ini dapat mengalami gangguan. Gangguan makan yang sering
menjadi perbincangan adalah anoreksia dan bulimia nervosa. Apa dan bagaimana
sebenarnya gangguan ini bisa terjadi?
Diagnosis untuk kedua gangguan tersebut memiliki beberapa ciri
klinis yang sama, yang terpenting adalah ketakutan yang amat sangat mengalami
kelebihan berat badan. Istilah anoreksia sendiri berarti hilangnya selera
makan, dan nervosa mengindikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut
memiliki sebab emosional. Istilah itu sendiri tidak tepat karena sebagian besar
pasien yang menderita anoreksia nervosa secara aktual tidak kehilangan selera
makan atau selera mereka terhadap makanan. Secara kontras, seraya melaparkan
diri sendiri, sebagian besar pasien gangguan ini menjadi sibuk dengan urusan
makanan. Mereka dapat membaca buku-buku masakan secara konstan dan menyiapkan aneka
makanan untuk keluarga mereka. Anoreksia nervosa umumnya timbul pada awal hingga
pertengahan masa remaja, seringkali terjadi setelah suatu episode diet dan
terjadinya stres kehidupan.
Empat ciri yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
anoreksia nervosa berdasarkan DSM-IV-TR adalah sebagai berikut:
1.
Menolak
untuk mempertahankan berat badan normal.
Orang yang bersangkutan menolak untuk mempertahankan berat
badan normal. Hal ini biasanya berarti bahwa berat badan orang tersebut kurang
dari 85% dari berat badan yang dianggap normal bagi usia dan tinggi badannya. Penurunan
beratbadan biasanya dicapai melalui diet, meskipun pengurasan (muntah dengan
sengaja,penggunaan obat pencahar secara berlebihan atau diuretik) dan olahraga
yang berlebihan dapat merupakan bagian dari gambaran tersebut.
2.
Meskipun
berat badannya sangat kurang, namun mengalami ketakutan yang amat sangat
menjadi gemuk.
Orang-orang yang menderita anoreksia sangat takut bila berat
badannya bertambah, dan rasa takut tersebut tidak berkurang dengan turunnya
berat badan. Mereka tidak pernah merasa cukup kurus.
3.
Gangguan
citra tubuh.
Para pasien yang menderita anoreksia nervosa memiliki
pandangan yang menyimpang tentang bentuk tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi
kurus kering mereka tetap merasa bahwa mereka kelebihan berat badan atau beberapa
bagian tubuh tertentu, khususnya perut, pantat, dan paha terlalu gemuk. Untuk mengecek
berat badan mereka, mereka biasanya sering menimbang berat badan, mengukur
berbagai bagian tubuh, dan mengamati secara kritis bagian tubuh mereka di
cermin. Harga diri mereka sangat terkait dengan menjaga tubuh mereka tetap
kurus.
4.
Pada
perempuan yang telah mengalami menstruasi terjadi amenorea.
Pada perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan
amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi. Dari empat kriteria diagnostik,
amenorea tampaknya kurang penting. Dari beberapa perbedaan ditemukan antara
para perempuan yang memenuhi keempat kriteria dan yang memenuhi tiga kriteria
selain amenorea (Garfinkel dkk., 1996 dalam Davidson dkk., 2006).
DSM-IV-TR membedakan dua tipe anoreksia nervosa. Dalam tipe terbatas, penurunan berat badan
dicapai dengan sangat membatasi asupan makanan. Sedangkan dalam tipe makan berlebihan-pengurasan, orang
yang bersangkutan secara rutin juga makan dengan berlebihan dan kemudian
mengeluarkannya. Subtipe makan berlebihan-pengurasan tampaknya lebih bersifat
psikopatologis. Para pasien menunjukkan gangguan kepribadian, perilaku impulsive,
mencuri, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, menarik diri dari pergaulan
sosial, dan upaya bunuh diri lebih banyak dibanding para pasien anoreksia tipe
terbatas (a.l., Herzog dkk., 2000; Prior, Weiderman, & McGilley, 1996).
Bulimia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lapar
seperti sapi jantan”. Gangguan ini mencakup episode konsumsi sejumlah besar
makanan secara cepat, diikuti dengan perilaku kompensatori, seperti muntah,
puasa, atau olahraga berlebihan untuk mencegah bertambahnya berat badan. DSM
mendefinisikan makan berlebihan sebagai makan makanan dalam jumlah yang sangat
banyak dalam waktu kurang dari 2 jam. Bulimia nervosa tidak didiagnosis jika
makan berlebihan dan pengurasan hanya terjadi dalam konteks anoreksia nervosa
dan penurunan berat badan yang ekstrem terkait dengannya. Diagnosis dalam kasus
seperti itu adalah anoreksia nervosa tipe makan berlebihan-pengurasan. Memang,
satu perbedaan mencolok antara anoreksia dan bulimia adalah penurunan berat badan. Pasien yang menderita
anoreksia nervosa mengalami penurunan berat badan secara drastis, sedangkan
pasien yang menderita bulimia nervosa tidak demikian.
Bulimia nervosa biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau
awal masa dewasa. Seperti halnya pada anoreksia, terdapat dua subtipe bulimia
nervosa. Tipe pengurasan dan tipe nonpengurasan di mana perilaku kompensatori adalah
berpuasa atau olahraga berlebihan. Sedangkan kriteria DSM-IV-TR untuk bulimia
nervosa adalah sebagai berikut:
- Makan berlebihan secara berulang.
Pada bulimia, makan berlebihan biasanya dilakukan secara
diam-diam. Dapat dipicu oleh stres dan berbagai emosi negative yang
ditimbulkannya, dan terus berlangsung hingga orang yang bersangkutan merasa
sangat kekenyangan (Grilo, Shifman, & Carter-Campbell, 1994 dalam Davidson
dkk., 2006). Berbagai makanan yang dapat dikonsumsi dengan cepat, terutama yang
manis seperti es krim dan cake,
biasanya menjadi bagian dari makan berlebihan tersebut.
- Pengurasan berulang untuk mencegah bertambahnya berat badan.
Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak
nyaman, dan takut bila berat badan bertambah memicu tahap kedua bulimia
nervosa, yaitu pengurasan untuk menghilangkan efek asupan kalori karena makan
berlebihan. Paling sering pasien memasukkan jari-jari mereka ke tenggorokan
agar tersedak, namun setelah satu waktu banyak yang dapat muntah jika
menghendakinya tanpa harus membuat diri mereka tersedak. Penyalahgunaan obat-obat
pencahar dan diuretik (yang tidak banyak membantu menurunkan berat badan) serta
berpuasa dan olah raga berlebihan juga dilakukan untuk mencegah penambahan
berat badan.
- Simtom-simtom terjadi sekurang-kurangnya 2 kali seminggu selama sekurang-kurangnya 3 bulan.
Meskipun banyak orang yang kadang makan berlebihan dan beberapa
orang juga bereksperimen dengan pengurasan, diagnosis DSM untuk bulimia nervosa
mensyaratkan bahwa episode makan berlebihan dan pengurasan terjadi sekurangnya
2x seminggu selama 3bulan.
- Penilaian diri sangat tergantung pada bentuk tubuh dan berat badan.
Seperti halnya pasien yang menderita anoreksia nervosa, para
penderita bulimia nervosa takut bila berat badannya bertambah, dan harga diri
mereka sangat tergantung pada dipertahankannya berat badan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Davidson,
G.C. & Neale, J.M. 1994. Abnormal
Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc
Comments
Post a Comment