Kategori Skizofrenia dalam DSM-IV-TR

Tiga gangguan skizofrenik yang tercantum dalam DSM-IV-TR (disorganisasi, katatonik, dan paranoid) pertama kali dikemukakan oleh Kraepelin bertahun-tahun lalu. Berikut pemaparannya:
 
  1. Skizofrenia Disorganisasi
Bentuk hebefrenik skizofrenia yang dikemukakan Kraepelin disebut skizofrenia disorganisasi dalam DSM-IV-TR. Cara bicara mereka mengalami disorganisasi dan sulit dipahami oleh pendengar. Pasien dapat berbicara secara tidak runut, menggabungkan kata-kata yang terdengar sama dan bahkan menciptakan kata-kata baru, seringkali disertai kekonyolan dan tawa. Ia dapat memiliki afek datar atau terus menerus mengalami perubahan emosi, yang dapat meledak menjadi tawa atau tangis yang tidak dapat dipahami. Pasien ini benar-benar mengabaikan penampilannya.
Pedoman Diagnostik
·         Memenuhi kriteria umum Schizophrenia.
·     Diagnosis Hebephrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (biasanya mulai 15-25 tahun).
·       Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
·         Untuk diagnosis hebephrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinyu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
  •  Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada  kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
  • Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerism, mengibuli secara senda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiteratedphrases)
  • Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.
·         Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses piker umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preopukasiyang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

  1. Skizofrenia Katatonik
Pasien umumnya bergantian mengalami imobilitas katatonik dan keriangan yang liar, namun salah satunya dapat lebih dominan. Para pasien tersebut menolak perintah dan saran dan sering kali menirukan kata-kata orang lain. Anggota badan orang yang mengalami imobilitas katatonik dapat menjadi kaku dan bengkak; terlepas dari ketidaksadaran yang terlihat jelas, setelahnya ia bisa saja mampu menceritakan semua yang terjadi selama  stupor tersebut. Dalam kondisi riang berlebihan orang yang katatonik dapat berteriak dan berbicaa tanpa henti dan tidak runut, dan selalu bergerak cepat dengan semangat penuh.
Pedoman Diagnostik
·                     Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
·                     Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
a)                   Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta  aktivitas spontan atau mutisme (tidak berbicara);
b)                  Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c)                   Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
d)                  Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah yang berlawanan);
e)                   Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);
f)                   Fleksibilitas cerea / “waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
g)                  Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
·                     Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

  1. Skizofrenia Paranoid
Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham kejaran Adalah yang paling umum, namun pasien dapat emngalami waham kebesaran, di mana mereka memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan, atau identitas diri mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang tidak berdasar bahwa pasangan seksual mereka tidak setia.
Waham kejaran, seperti merasa dikejar atau dimata-matai, juga terlihat jelas. Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat menyertai waham. Para pasien yang menderita skizofenia paranoid sering kali mengalami ideas of reference; mereka memasukkan berbagai peristiwa yang tidak penting ke dalam kerangka waham dan mengalihkan kepentingan pribadi mereka ke dalam aktivitas tidak berarti yang dilakukan orang lain. Para individu yang mengalami skizofrenia paranoid selalu cemas, argumentatif, marah, dan kadang kasar. Secara emosional mereka responsif, meskipun mereka kaku, formal, dan intens kepada orang lain. Mereka juga lebih sadar dan verbal dibanding para pasien skizofrenia tipe lain.
Pedoman Diagnostik
·                     Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
·                     Sebagai tambahan :
·                     Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a)                   Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b)                  Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c)                   Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
·                     Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relative tidak nyata/ tidak menonjol.

Table 11.1 Ringkasan Dimensi Simtom Utama dalam Skizofrenia
Simtom-Simtom Positif
Simtom-Simtom Negatif
Disorganisasi
Delusi, Halusinasi
Avolition (Apati), Alogia (Miskin Pembicaraan dan Miskin Isi Pembicaraan), Anhedonia, Afek Datar, dan Asosialitas
Perilaku Aneh (Bizarre), Disorganisasi Pembicaraan

Comments