Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku (pikiran yang
terganggu, di mana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis;
persepsi dan perhatian yang keliru; afek yang datar dan tidak sesuai; dan
berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre.
Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.
Meskipun kadang
berawal pada masa kanak-kanak, gangguan ini biasanya muncul pada akhir masa
remaja atau awal masa dewasa, agak lebih awal pada kaum laki-laki daripada kaum
perempuan. Usia timbulnya gangguan tampaknya semakin muda dalam beberapa decade
terakhir (DiMaggio dkk., 2001).
Orang-orang yang
menderita skizofrenia umumnya mengalami beberapa episode akut simtom-simtom; di
antara setiap episode mereka sering mengalami simtom-simtom yang tidak terlalu
parah, namun tetap sangat mengganggu keberfungsian mereka (Kosten &
Ziedonis, 1997).
Definisi Skizofrenia menurut PPDGJ
III
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)
dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate)
atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.
Pedoman Psikodiagnostik
·
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas) :
a) - “thought echo” : isi pikiran dirinya
sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya
berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal”
: isi
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” : isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya ;
b) - “delusion of control” : waham tentang
dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar; atau
-
“delusion of influence” : waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
-
“delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang “dirinya” : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/ anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
-
“delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c) Halusinasi
auditorik
-
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien, atau
-
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
-
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh
d) Waham-waham
menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
·
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus
selalu ada secara jelas :
e) Halusinasi
yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun yang disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus-menerus;
f) Arus
pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku
katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala
“negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
·
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal);
·
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
A. SIMTOM
KLINIS SKIZOFRENIA
- Simtom Positif
Simtom-simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi,
seperti halusinasi dan dan waham. Simtom-simtom ini, sebagian besarnya, menjadi
ciri suatu episode akut skizofrenia.
a.
Delusi
(Waham)
Yaitu keyakinan yang
berlawanan dengan kenyataan, semacam itu merupakan simtom-simtom positif yang
umum pada skizofrenia. Waham juga dapat memiliki bentuk lain. Beberapa di
antaranya digambarkan oleh psikiater berkembangsaan Jerman Kurt Schneider
(1959). Gambaran delusi di bawah ini dikutip dari Mellor (1970).
·
Pasien
yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukkan ke dalam
pikirannya oleh suatu sumber eksternal.
·
Pasien
yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain
mengetahui apa yang mereka pikirkan.
·
Pasien
berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri, secara tiba-tiba dan tanpa terduga
oleh suatu kekuatan eksternal.
·
Beberapa
pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh suatu
kekuatan eksternal.
Meskipun waham terjadi pada lebih
dari separuh orang yang menderita skizofrenia, namun juga terjadi di kalangan
pasien dengan berbagai diagnosis lain, terutama mania, depresi delusional, dan
gangguan waham.
b.
Halusinasi
dan Gangguan Persepsi Lain
Para
pasien skizofrenia seringkali menuturkan bahwa dunia mereka tampak berbeda
dalam satu atau lain cara atau bahkan tidak nyata bagi mereka. Seorang pasien
dapet menyebutkan berbagai perubahan dalam cara tubuh mereka merasakan sesuatu,
atau tubuh pasien menjadi sangat tidak memanusia sehingga seolah-olah terasa
seperti mesin.
Distorsi
persepsi yang paling dramatis adalah halusinasi,
yaitu suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Yang
paling sering terjadi Adalah halusinasi auditori, bukan visual; 74% dari suatu
sempel menuturkan mengalami halusinasi auditori (Sartorius, 1974).
Tipe-tipe
halusinasi tersebut antara lain seperti di bawah ini (dikutip dari Mellor,
1970):
·
Beberapa
pasien skizofrenia menurutkan bahwa mereka mendengar pikiran mereka diucapkan
oleh suara lain.
·
Beberapa
pasien mengklain bahwa mereka mendengar suara-suara yang saling berdebat.
·
Beberapa
pasien mendengar suara-suara yang mengomentari perilaku mereka.
- Simtom Negatif
Banyaknya simtom
negatif merupakan prediktor kuat terhadap kualitas hidup yang rendah (antara
lain, ketidakmamouan bekerja, hanya memiliki sedikit teman) dua tahun setelah
dirawat di rumah sakit (Ho dkk., 1998).
Ketika mengukur
simtom-simtom negatif, penting untuk memilah mana yang merupakan simtom-simtom
skizofrenia yang sesungguhnya dan simtom-simtom yang disebabkan oleh beberapa
faktor lain (Carpenter, Heinrichs, & Wagman, 1988).
a.
Avolition
Apati
atau avolition merupakan kondisi
kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan
apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin. Pasien dapat menjadi tidak
tertarik untuk berdandan dan menjaga kebersihan diri, dengan rambut yang tidak
tersisir, kuku kotor, gigi yang tidak disikat, dan pakaian yang berantakan.
Mereka mengalami kesulitan untuk tekun melakukan aktivitas sehari-hari dalam
pekerjaan, sekolah, dan rumah tangga dan dapat menghabiskan sebagian besar
waktu mereka dengan duduk-duduk tanpa melakukan apa pun.
b.
Alogia
Merupakan
suatu gangguan pikiran negatif, alogia
dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Dalam miskin percakapan, jumlah total
percakapan sangat jauh berkurang. Dalam miskin isi percakapan, jumlah
percakapan memadai, namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung
membingungkan serta diulang-ulang.
c.
Anhedonia
Ketidakmampuan
untuk merasakan kesenangan disebut anhedonia. Hal ini tercermin dalam kurangnya
minat dalam berbagai aktivitas rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan
dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks.
d.
Afek
Datar
Pada
pasien yang memiliki afek datar hampir tidak ada stimulus yang dapat
memunculkan respons emosional. Pasien menatap dengan pandangan kosong,
otot-otot wajah kendur, dan mata mereka tidak hidup. Ketika diajak bicara,
pasien menjawab dengan suara datar dan tanpa nada. Afek datar terjadi pada 66%
dari suatu sample besar pasien skizofrenia (Sartorius dkk., 1974).
e.
Asosialitas
Beberapa
pasien skizofrenia mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial, yang
disebut asosialitas. Mereka hanya
memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang
berminat untuk berkumpul bersama orang lain.
- Simtom Disorganisasi
Simtom-simtom disorganisasi
mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh (bizarre).
a.
Disorganisasi
Pembicaraan
Juga
dikenal sebagai gangguan berfikir formal, disorganisasi pembicaraan merujuk
pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikiran dan dalam berbicara
sehingga pendengar dapat memahaminya.
Bicara
juga dapat terganggu karena suatu hal yang disebut asosiasi longgar, atau keluar jalur (derailment), dalam hal ini pasien dapat lebih berhasil dalam berkomunikasi
dengan seorang pendengar namun mengalami kesulitan untuk tetap pada satu topik.
b.
Perilaku
Aneh
Perilaku
aneh terwujud dalam banyak bentuk. Pasien dapat meledak dalam kemarahan atau
konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak
biasa, bertingkah laku seperti anak-anak, atau dengan gaya yang konyol,
menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau melakukan perilaku seksual yang
tidak pantas seperti melakukan masturbasi di depan umum.
- Simtom Lain
Beberapa simtom lain skizofrenia
tidak cukup tepat untuk digolongkan ke dalam ketiga kategori yang telah
disampaikan. Dua simtom penting dalam kelompok ini Adalah katatonia dan afek
yang tidak sesuai.
a.
Katatonia
Beberapa
abnormalitas motorik menjadi ciri katatonia. Para pasien dapat melakukan suatu
gerakan berulang kali, menggunakan urutan yang aneh, dan kadang kompleks antara
gerakan jari, tangan, dan lengan, yang sering kali tampaknya memiliki tujuan
tertentu.
Beberapa
pasien menunjukkan peningkatan yang tidak biasa pada keseluruhan kadar
aktivitas, termasuk sangat riang, menggerakkan anggota badan secara liar, dan
pengeluaran energi yang sangat besar seperti yang terjadi pada mania. Di ujung
lain spectrum ini adalah imobilitas
katatonik: pasien menunjukkan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap
dalam posisi demikian untuk waktu yang sangat lama. Para pasien katatonik juga
dapat memiliki fleksibilitas lilin
(orang lain dapat menggerakkan anggota badan seorang pasien dalam posisi aneh
yang kemudian akan tetap dipertahankannya dalam waktu lama).
b.
Afek
yang Tidak Sesuai
Beberapa
penderita skizofrenia memiliki afek yang tidak sesuai. Respon-respon emosional
individu semacam ini berada di luar konteks (pasien dapat tertawa ketika
mendengar kabar baru saja ibunya baru saja meninggal atau marah ketika ditanya
dengan pertanyaan sederhana, misalnya apakah baju barunya cocok untuknya). Para
pasien tersebut dapat dengan cepat berubah dari satu kondisi emosional ke
kondisi emosional lain tanpa alasan yang jelas. Meskipun simtom ini cukup jarang
terjadi, namun bila benar-benar terjadi, simtom ini memiliki kepentingan
diagnostik yang besar karena relatif spesifik bagi skizofrenia.
DAFTAR
PUSTAKA
Davidson,
G.C. & Neale, J.M. 1994. Abnormal
Psychology. New York: John Wiley
& Sons, Inc
PPDGJ
III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Comments
Post a Comment